Yvo and utiketIndonesia

Pengalaman pertama di Terminal Baru KLIA2

Pengalaman pertama di Terminal Baru KLIA2

10 Mei 2014 09:08:00

Kemarin, tanggal 9 Mei 2014, Low Cost Carrier Terminal (LCCT) di Bandara Internasional Kuala Lumpur telah digantikan dengan terminal baru, KLIA2. Terminal ini memiliki lahan dan struktur bangunan yang sangat luas dengan total 60 gate dan mampu menampung sebanyak 45 juta penumpang setiap tahunnya, yang berarti berkapasitas dua kali lebih banyak dari LCCT. Sejak kemarin pula, seluruh penerbangan Air Asia telah dipindahkan ke terminal baru ini.

Pemindahan terminal ini juga dilakukan karena LCCT sudah sangat padat dan melebihi kapasitas. Terdapat banyak pengembangan di terminal baru ini. Selain itu, terminal baru ini berada berdekatan dengan terminal utama KLIA sehingga mempermudah untuk melakukan pergantian penerbangan antara AirAsia dengan maskapai lainnya. Namun sayangnya pengembangan tersebut kami rasakan kurang nyaman begitu kami mendarat. Ada banyak hal menyebalkan yang kami temui segera setelah kami mendarat.

Kami tim Utiket merasakan pengalaman pertama mendarat di KLIA2 menggunakan AirAsia pada pukul 21.00 waktu setempat, tepat di hari pembukaan terminal baru tersebut.  Setelah mendarat, pesawat yang kami tumpangi terhubung dengan aerobridge yang moden dan nyaman serta aman bagi para penumpang untuk keluar pesawat seperti halnya di LCCT. Berbeda dengan yang ada di LCCT yang memungkinkan penumpang untuk keluar melalui kedua pintu: depan dan belakang, di KLIA2 ini hanya memiliki satu aerobidge sehingga seluruh penumpang mau tidak mau harus keluar melalui satu pintu saja yang berada di depan.

Setelah turun dari pesawat, maka perjalanan kami dimulai. Setelah keluar gate, kami harus berjalan sangat jauh untuk mencapai bangunan utama di terminal ini. Seluruh gate bersebelahan satu sama lain dan berjajar di dalam satu ruangan yang panjang. Jadi jika kamu harus melalui gate yang berada paling ujung sendiri, seperti gate yang kami lalui, maka bersiaplah untuk berjalan sejauh satu kilometer untuk mencapai ruang area kedatangan, terlebih lagi tidak ada fasilitas eskalator.

Kebingungan di KLIA2

Hal yang kami rasakan saat berada di terminal baru KLIA2 adalah bingung. Walaupun kami memiliki cukup banyak pengalaman di berbagai bandara, namun kami benar-benar dibuat bingung di KLIA2. Ada banyak papan petunjuk yang jelek, pintu dimana-mana, lift berada di ruangan yang kecil. Tetapi syukurlah, ada banyak pemuda pemudi dengan tulisan besar “Ask Me” yang siap membantu.

Setelah 15 menit berjalan, kami sampai di konter pengecekan paspor. Di konter ini tidak ada antrian sehingga kami bisa segera melanjutkan perjalanan. Setelah mendapatkan paspor kami kembali, kami mulai kebingungan untuk mencari jalan keluar. Namun untungnya ada banyak kertas yang ditempel di beberapa konter imigrasi bertuliskan “Exit&rdquo ;. Hal tersebut memang membantu, namun membuat kami berpikiran bahwa terminal baru ini terlihat tidak dirancang dengan matang pada saat pembangunannya. Bagaimana kami tidak berpikiran seperti itu, jika terminal baru yang menghabiskan biaya milyaran dolar ini hanya memberikan papan petunjuk dengan kertas yang ditempel saja.

Setelah dari konter imigrasi, kami berjalan melewati sebuah dinding dan berakhir di sebuah toko bebas pajak. Pengalaman aneh kami rasakan di sini. Kami harus berjalan keluar toko tersebut untuk mengambil bagasi. Di sisi lain dalam ruangan yang sangat besar tersebut terdapat tanda “Exit” yang kecil sehingga kami memerlukan waktu untuk mencari tahu bagaimana caranya keluar.

Sekarang di konter bea cukai diberlakukan aturan untuk scanning seluruh tas dan koper penumpang, padahal biasanya kami tinggal melenggang saja. Alhasil, terjadi antrian yang sangat panjang di sini. Lucu rasanya saat melihat petugas bea cukai yang seharusnya mengawasi layar dari scanner justru malah sibuk sendiri dengan ponselnya sementara puluhan tas dan koper terlewatkan begitu saja.

Lalu kami berjalan lagi. Dari konter bea cukai kami sampai di area komersial dan untuk mendapatkan bus yang menuju ke Kuala Lumpur, kami harus melewati toko-toko yang berderet sepanjang sekitar 400 meter. Tersadar karena membawa uang cash minim, kami bermaksud mencari ATM tetapi ternyata ATM di KLIA2 ini letaknya tersembunyi. Setelah bertanya kepada seseorang, kami diarahkan ke pojok ruangan dimana hanya terdapat satu ATM saja dan sungguh malang, ATM tersebut tidak dapat menerima kartu ATM kami. Akhirnya kami memutuskan untuk menukarkan sedikit uang Rupiah menjadi Ringgit di bank yang berdekatan dengan bus. Bagaimana bisa terminal baru yang megah ini memiliki banyak toko di dalamnya dan para turis asing berdatangan melalui terminal ini namun tidak ada ATM yang memadai?

Stasiun Bus Baru di KLIA2

Akhirnya setelah melewati berbagai toko dan tanya kesana kemari untuk sampai ke lantai bawah, kami menemukan stasiun bus. Menemukan bus di terminal baru ini juga menjadi hal yang membingungkan. Jika di terminal lama, LCCT, seluruh bus diparkir di area yang kecil dan kamu tinggal naik ke satu bus yang sudah hampir penuh dan akan segera berangkat. Namun di terminal baru ini hanya terdapat sekitar 15 bus saja yang berhenti di sepanjang bangunan stasiun dan kami perlu berjalan beberapa ratus meter sebelum menemukan bus mana yang akan segera berangkat ke Sentral. Namun kami tidak bisa langsung masuk begitu saja. Kami perlu membeli tiket terlebih dahulu di loket yang ada di dalam. Jadi kami terpaksa masuk ke dalam lagi dan setiap perusahaan bus memiliki loket yang berbeda dan letak loket-loket tersebut saling berjauhan, sehingga tidak ada waktu bagi kami untuk mengecek waktu keberangkatan dari sekian banyak bus yang ada. Akhirnya kami membeli tiket untuk bus yang akan berangkat dalam waktu 25 menit lagi. Oke lah, tak terlalu lama untuk menunggu.

Setelah satu setengah jam lamanya berada di dalam KLIA2, kami bisa mendapatkan bus untuk melepaskan sedikit lelah dari hal-hal yang menyebalkan tersebut dan perjalanan panjang, sepanjang KLIA2. Tidak seperti di LCCT, jika kamu tidak membawa bagasi maka kamu bisa berada di dalam bus yang berangkat menuju ke kota dalam waktu sekitar 15 menit setelah pesawat mendarat. Pengalaman kami sebelumnya, kami hanya memerlukan waktu sekitar 8 menit. Dan hal tersebut jangan harap bisa terjadi di terminal baru ini. Yang membuat lama adalah kebingungan yang menimpa kami, namun wajarnya di KLIA2 ini untuk mendapatkan bus memerlukan waktu sekitar satu jam karena kamu harus menunggu lama untuk keluar pesawat, berjalan sejauh 1,5 km untuk mendapatkan bus dan harus memilih bus secara acak tanpa mengetahui bus mana yang akan segera berangkat.

Apakah KLIA2 merupakan sebuah pengembangan terminal? Tidak, KLIA2 justru mirip pusat perbelanjaan, bukan sebuah terminal bandara. KLIA2 membuat penerbangan bersama AirAsia menjadi merepotkan. Kembalikan LCCT!

Posts yang sama